Bagaimana Presenter TV Mengubah Peta Jalan Politik

01/02/2023 12:24 WIB

post-img

Pada Rakernas bulan Januari lalu, Najwa Shihab muncul sebagai salah satu nama yang diusung Partai Buruh sebagai calon presiden. Najwa Shihab dikenal luas sebagai jurnalis kondang dan presenter acara tv yang kritis, tajam, dan energik. Sebagai gambaran, Mbak Nana,-begitu dia biasa disapa-, memiliki 22,8 juta pengikut di Instagram. Angka itu 17 juta lebih banyak dari dua nama yang disebut-sebut sebagai kandidat capres terkuat saat ini.

Kemunculan Najwa Shihab mengingatkan sebagian orang kepada sosok Beatriz Sánchez. Jurnalis perempuan yang turut mengubah peta jalan politik Chile. Beatriz Sánchez bak pembuka jalan lapang bagi Gabriel Boric. Mantan aktivis mahasiswa yang kemudian terpilih sebagai presiden Chile.

Tentu saja, pemilu bukan sekedar bertarung gagasan. Bukan semata unjuk program yang bagus. Tidak hanya perihal aparatus partai yang militan. Dalam banyak kasus, pemilu juga soal popularitas. Apa gunanya program yang bagus kalau diperjuangkan oleh partai yang tidak populer.

Kira-kira kesimpulan itulah yang berkelindan dalam pikiran sepasang anak muda, Gabriel Boric dan Giorgio Jackson. Keduanya, pada 2017, mendirikan sebuah partai baru: Frente Amplio (Koalisi Lebar).

Boric dan Jackson adalah mantan aktivis mahasiswa yang tampil memimpin protes jalanan pada 2011-2013. Pada 2013, ketika Chile menggelar pemilu, mereka pun maju sebagai calon legislatif dan berhasil merebut kursi.

Saat itu, Nueva Mayoría, sebuah koalisi kiri dan tengah yang dipimpin oleh Michelle Bachelet, menang pemilu. Namun, setelah empat tahun berkuasa, pemerintahan Nueva Mayoría gagal mengakhiri warisan Pinochet. Seperti diketahui, Pinochet adalah diktator Chile yang berkuasa di rentang waktu 1973-1990, usai melakukan kudeta berdarah terhadap presiden sosialis Salvador Allende.

Jadi, pada 2017, Boric dan Jackson sepakat mendirikan partai alternatif. Mereka membuat partai yang inklusif, yang bisa menampung semua unsur progresif. Mereka terinspirasi oleh pengalaman Frente Amplio di Uruguay dan Podemos di Spanyol.

Kebetulan, pada tahun itu juga, ada pemilu. Frente Amplio hendak berpartisipasi. Namun, sebagai partai baru yang umurnya belum 10 bulan saat itu, Frente Amplio belum begitu dikenal.

Boric dan Jackson mungkin terkenal sebagai aktivis mahasiswa. Tapi mereka hanya populer di kalangan mahasiswa dan kelas menengah. Itu pun hanya di kota-kota besar. Luas Chile hanya 5 kali pulau Jawa, tetapi geografinya memanjang sejauh 4300 km (sebagai perbandingan: Sabang sampai Merauke berjarak 5.245 kilometer). 

Singkatnya, Frente Amplio belum begitu populer. Mereka juga tak punya daya tarik elektoral. Tentu saja, agar bisa bersaing di Pemilu, mereka butuh tokoh populer. Frente Amplio butuh sosok yang wajahnya familiar di televisi.

Mereka pun mendekati seorang presenter TV berpikiran maju, Beatriz Sánchez. Sepanjang hidupnya, Sánchez berkarir di jalan jurnalisme, terutama radio dan televisi. 

Sánchez adalah pembawa acara yang populer. Acaranya kerap membahas isu-isu politik yang populer, seperti korupsi, ketidaksetaraan gender, dan demokrasi. Terakhir, dia bekerja di stasiun televisi swasta, La Red. Pada 2014, dia meraih penghargaan Best television journalist dari Adolfo Ibáñez University.

Singkat cerita, Sánchez menerima lamaran politik dari Frente Amplio. Dia segera mengundurkan diri dari pekerjaannya di Radio La Clave. Dan hanya dalam hitungan bulan, dia mempersiapkan diri sebagai calon Presiden Chile.

Namun, menariknya, penunjukan Capres dari Frente Amplio tidak ujuk-ujuk. Ada proses yang disebut primaries, yaitu pemilihan kandidat di internal partai untuk diajukan sebagai capres resmi di Pemilu. Dalam primeries itu, Sánchez menang telak atas pesaingnya, Alberto Mayol, seorang akademisi progresif, dengan perolehan suara mencapai 68 persen. Dia pun melaju sebagai capres Frente Amplio untuk Pilpres Chile 2017.

Platform politik Frente Amplio dan Sánchez disebut “El Programa de Muchos”, atau Program untuk Orang Banyak, disusun lewat konsultasi kerakyatan. Lebih dari 500 pertemuan dan dihadiri oleh 16.700 orang.

Program itu berbicara soal pajak untuk kaum super-kaya, menggeser ekonomi Chile dari ekstraktivisme ke ekonomi berbasis industri, pendidikan publik yang gratis dan berkualitas, dekriminalisasi aborsi, perbaikan hak-hak buruh, dan pembentukan Majelis Konstituante untuk konstitusi baru.

Akhirnya, pada Pemilu November 2017, Frente Amplio berhasil membuat gempa politik. Sánchez menempati urutan ketiga dengan perolehan suara 20.27 persen. Dia hanya selisih 0,25 persen suara dengan peraih suara terbanyak kedua.

Meskipun hanya menempati posisi ke-3, tetapi capaian itu sangat luar biasa. Dalam rentang tak sampai setahun, Frente Amplio menjadi kekuatan politik terbesar ketiga di Chile dengan 20 kursi di parlemen.

Setahun lebih setelah Pemilu itu, Chile diguncang demonstrasi berskala besar. Demonstrasi besar itu berlangsung selama 2 tahun: 2019 dan 2020. Itu juga yang membuat rezim neoliberal yang berkuasa, Sebastian Pinera, mengalami delegitimasi.

Pada November 2020, setelah arus besar yang menuntut konstitusi baru, rezim Pinera setuju menggelar referendum. Hasilnya: 75 persen rakyat Chile menghendaki konstitusi baru.

Frente Amplio segera merespon momentum itu dengan mendirikan sebuah aliansi politik yang lebih luas, namanya Apruebo Dignidad (Menghargai Martabat). Koalisi baru ini menggabungkan Frente Amplio, partai hijau, dan beberapa partai kerakyatan lain.

Hasilnya luar biasa. Apruebo Dignidad berhasil menjadi kekuatan politik terbesar kedua di Chile dengan merebut 28 kursi majelis konstituante. Apruebo Dignidad sukses menampung aspirasi perubahan yang menyeruak selama protes besar anti Pinera.

Puncaknya, pada pemilu 2021, Apruebo Dignidad berhasil mengantarkan Gabriel Boric sebagai Presiden termuda dalam sejarah Chile. Dia masih berusia 35 tahun saat terpilih sebagai Presiden. Sejarah baru pun terukir, dari satu langkah penting: mengajak pewarta berita bergabung dalam kancah perjuangan politik massa.

***

Penulis: Rudi Hartono

Editor: AF