Puasa Mempertebal Cinta Kepada Rakyat Miskin !

12/03/2024 08:20 WIB

post-img

Puasa Mempertebal Cinta Kepada Rakyat Miskin !

Oleh: Dika Moehammad

Hari-hari ini umat Islam akan menjalankan ibadah puasa. Selama sebulan penuh kaum Muslimin akan berpuasa sebagai kewajiban menjalankan kewajiban agama. Secara sosial semangat puasa adalah solidaritas terhadap penderitaan kaum miskin. Dengan puasa, menahan makan dan minum serta segala bentuk hawa nafsu diharapkan bisa menumbuhkan simpati dan empati terhadap kaum miskin. 

Tidak hanya bulan Ramadhan, kaum miskin mengalami derita kelaparan hampir setiap hari. Mereka menderita bukan karena malas bekerja, tetapi karena dimiskinkan oleh struktur ekonomi dan politik kapitalisme. Seperti kita ketahui, kapitalisme melahirkan kaum miskin di seluruh dunia. Sementara segelintir orang bergelimang harta kekayaan.

Kemiskinan merupakan problem ekonomi, politik dan sosial budaya. Secara ekonomi kemiskinan tumbuh karena sistem ekonomi yang timpang. Kapitalisme melahirkan apa yang dinamakan kemiskinan struktural. Rakyat miskin dirantai agar tetap dalam kondisi miskin. Mereka dipenjara dalam kamar kemiskinan, dipaksa bekerja namun hasilnya dirampas oleh pemilik modal. 

Kemiskinan struktural hanya bisa diubah secara struktural pula. Harus ada kekuatan yang memimpin perubahan secara struktural tersebut. Dibanyak negara kemiskinan struktural telah menimbulkan gelombang perlawanan. Tidak hanya di negara-negara Amerika Latin, Asia dan Afrika, namun sudah merambah ke pusat-pusat kapitalisme Eropa dan Amerika Serikat. Guna menghadapi goncangan seperti itu, negara-negara di Eropa mulai menerapkan konsep negara kesejahteraan. Konsep ini menerapkan sistem ekonomi yang lebih adil dengan memberikan insentif yang besar kepada kaum miskin dan menerapkan pajak progresif terhadap yang kaya.

Dari segi politik kita harus bicara tentang negara. Secara sederhana, negara merupakan alat penindas dari kelas yang berkuasa. Dalam sistem kapitalisme, kelas yang berkuasa adalah pemilik modal. Mereka inilah yang kemudian menguasai lembaga-lembaga negara mulai dari eksekutif, legislatif dan yudikatif. Tiga pilar negara borjuis dikuasai oleh pemilik modal. Dengan begitu mudah mereka menindas kaum miskin. Bicara negara, kita akan bicara partai politik. 

Dalam negara borjuis, partai politik boleh berkembang, namun tentu saja partai politik yang sesuai dengan kepentingan mereka. Partai-partai politik inilah yang menduduki legislatif atau lembaga perwakilan/DPR. Lewat DPR produk-produk politik berupa Undang-Undang dihasilkan. Lewat UU ini mereka mengatur segala segi kehidupan masyarakat yang menguntungkan kepentingan mereka. Lewat UU ini kaum miskin ditindas. 

Kaum borjuis menghasilkan kehidupan sosial budaya borjuis pula. Mereka mengembangkan pola hidup mewah demi menunjukkan keberadaan mereka. Budaya pamer kekayaan merupakan hal yang wajar dalam masyarakat kapitalisme. Dengan barang-barang mewah mereka pamer kekayaan. Secara sosial maka nampaklah kesenjangan antara kaum kaya dan kaum miskin. Jurang itu begitu lebar. Dengan mudah kita bisa melihat mana kaum kaya dan kaum miskin. Dalam kondisi ini maka parade kemewahan dan parade kemiskinan dimunculkan sekaligus. Apa yang terjadi akhir ini di negara kita merupakan bentuk nyata dari berkembangnya budaya borjuis. Para pejabat negara pamer kemewahan dihadapan rakyat yang masih hidup dalam kemiskinan. 

Dari pemaparan di atas, bila kita berkehendak mengubah keadaan tentu tidak bisa setengah-setengah. Perubahan itu harus dilakukan dalam hal ekonomi, politik dan sosial budaya. Inilah mengapa program perjuangan kaum miskin (SPRI) harus meliputi ekonomi, politik dan sosial budaya. 

Puasa merupakan momentum penting dalam membembentuk hubungan dengan manusia, karena dengan berpuasa manusia dapat merasakan penderitaan kelaparan orang-orang yang miskin. Sehingga dalam diri orang yang berpuasa, tumbuh solidaritas sosial yang tinggi untuk membantu saudaranya yang lain, yang menderita kekurangan. Solidaritas inilah yang semakin menipis dalam masyarakat kapitalisme. Dalam kehidupan sehari-hari kapitalisme menciptakan individualisme. Lu lu, gue gue. Dalam individualisme kepentingan pribadi inilah yang dikedepankan sementara kepentingan kolektif disingkirkan. Akibatnya, tidak ada lagi rasa simpati dan empati kepada sekitar.

Selain merasakan penderitaan orang lain, puasa juga mendidik untuk berbagi kepada sesama baik lewat zakat maupun sedekah. Bahwa di antara harta yang kita miliki terdapat hak kaum miskin yang harus kita berikan kepada mereka. Inilah mengapa puasa harus menumbuhkan semangat berbagi dikalangan warga masyarakat. Lewat puasa kita diajarkan untuk tidak hidup berlebihan (dengan membagikan harta kekayaan kepada kaum miskin). Dalam kitab suci Agama Islam dengan jelas disebutkan kewajiban berbagi:

"Apa saja yang kalian nafkahkan (sedekahkan) ataupun yang kalian nazarkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. Orang-orang yang berbuat zalim, tidak ada seorang pun pelindung baginya. Apabila kalian menampakkan sedekah (kalian), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kalian menyembunyikannya dan kalian berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagi kalian. Dan Allah akan menghapuskan dari kalian sebagian kesalahan-kesalahan kalian; dan Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan." (QS. Al Baqarah: 270-271).

Dengan semangat berbagi tersebut diharapkan tumbuh kesadaran sosial untuk membantu kaum miskin. Dengan begitu watak individualisme kapitalisme dapat dikikis digantikan dengan solidaritas sesama manusia. Puasa merupakan momentum untuk mewujudkan solidaritas itu.

Solidaritas merupakan sarana penting untuk mewujudkan perubahan dalam masyarakat kapitalis. Solidaritas yang terbangun selama bulan puasa semoga terus terjadi dalam kehidupan sehari-hari sehingga bisa membangun kekuatan yang besar untuk melakukan perubahan. Dengan begitu puasa kita bisa bermakna tidak hanya untuk diri kita sendiri, tapi juga untuk kaum miskin. Selamat menjalankan ibadah puasa.*


PERJUANGKAN HAK-HAK RAKYAT MISKIN INDONESIA !

Jakarta, 10 Maret 2024


DIKA MOEHAMMAD, Sekretaris Nasional Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia (SPRI)