Inilah Perjalanan Persatuan Buruh Sektor Perbankan

13/02/2023 15:01 WIB

post-img

Bandung - Partai Buruh telah lolos menjadi peserta Pemilihan Umum yang akan diadakan tahun 2024, lalu konsolidasi konsolidasi terus dilakukan ke kantong kantong para buruh bekerja terutama di Pabrik pabrik tempat ribuan buruh bekerja, dimulai dengan organisasi organisasi buruh pendiri ulang Partai Buruh dan organisasi organisasi buruh pendukung Partai Buruh lainnya dengan sebelumnya melakukan pembentukan "Persatuan Buruh" di beberapa kota.  

Lalu, bagaimana dengan Buruh Sektor Perbankan tempat saya mengabdi selama hampir 25 tahun, dan menjadi salah satu pendiri serikat serta Ketua Umum 3 (tiga) periode di salah satu perbankan?  Terbesit ingatan saya saat bersama-sama kawan Serikat Buruh Sektor Perbankan membangun aliansi Bernama Indonesian Banking Union (IBU), dikisaran tahun 2010. 

IBU ketika itu yang terdiri dari 12 (dua belas) anggota Serikat Perbankan masing-masing berasal dari Federasi berbeda, yaitu FSPSI NIBA AGN, ASPEK, FSBSI NIKEUBA, OPSI dan FSPSI NIBA Yoris.  Walau hanya sebuah aliansi namun mampu menghadirkan direksi beberapa bank, yang memiliki permasalahan hubungan industrial dihadapan Pengawas Bank Indonesia. Yang konon temuan-temuan salah satu pengawas bank bisa efektif merubah kebijakan bank tersebut.  Tak hanya itu saja, IBU-pun pernah diundang oleh Fraksi di DPR RI dalam dengar pendapat menjelang pemilihan Gubernur Bank Indonesia.

Perjuangan Serikat Buruh Sektor Perbankan memang unik, mereka jarang sekali menggunakan jalur jalur regular perselisihan hubungan industrial ke dinas tenaga kerja ataupun PHI. Penyelesaian masalah ketenagakerjaan, melalui jalur pengawasan Bank Indonesia, atau Otoritas Jasa Keuangan ternyata lebih efektif. Entah mengapa manajemen perbankan lebih enggan berurusan dengan otoritas daripada dengan dinas tenaga kerja.

Setelah IBU meredup karena aktivitas internal para pengurusnya, pada tahun 2017 saya dan kawan kawan Serikat Buruh Sektor Perbankan lainnya membentuk JARKOM SP Perbankan, keanggotaan kali ini cukup banyak, yaitu 21 Serikat yang bergabung didalamnya dengan berbagai latar belakang federasi mereka masing-masing, termasuk FSPMI.

JARKOM SP Perbankan pergerakannya lebih progresif dengan membuka jaringan kepada organisasi buruh dan gerakan rakyat lainnya yang sering berdiskusi di LBH Jakarta Diponegoro Jakarta, bersama-sama dengan KPBI, SGBN, KSN, LBH Jakarta dan organisasi gerakan rakyat lainnya JARKOM SP Perbankan menjadi bagian dalam pendirian aliansi gerakan rakyat yang dinamakan GEBRAK yaitu Gerakan Bersama Rakyat, saat inipun KASBI bergabung didalamnya.

JARKOM SP Perbankan saat itu menjadi motor penggerak pergerakan buruh sektor perbankan di aksi-aksi yang dilakukan oleh GEBRAK dimotori oleh Serikat Pekerja Bank Permata dan Serikat Pekerja Danamon. Baik IBU maupun JARKOM SP Perbankan adalah upaya mengkristalkan perjuangan buruh sektor perbankan.  Buruh sektor Perbankan memang tidak militan seperti halnya para buruh sektor lainnya, mereka sulit untuk dihadirkan dalam aksi-aksi jalanan dan kegiatan-kegiatan lainnya.

Kebangkitan Partai Buruh-pun sudah menjadi sarapan berita yang mereka selalu baca dan ikuti, walaupun tidak reaktif dengan memberikan komentar komentar di media sosial, karena kode etik masing-masing perusahaan yang mengedepankan nama baik perusahaan dimata nasabah. Membuat mereka sangat hati-hati dalam berinteraksi di dalam media sosial. Namun positifnya, mereka itu tidak mempan dengan politik uang yang saat ini sudah menjadi penyakit menjijikkan yang menular dimasyarakat dihampir setiap Pemilu, Pilkada dan Pilpres. 

Merekalah yang melototi dan bisik-bisik membicarakan peredaran uang disaat ajang kontestasi besar itu berlangsung. Setiap tahun mereka memiliki kewajiban mengikuti Pendidikan Money Laundry sehingga praktek praktek mencurigakan nasabah sudah diluar kepala bagi mereka semua. Mereka bisa tahu peredaran dana pengurus partai atau para politikus kemana saja, mereka juga bisa mendeteksi adanya politik uang yang dilakukan. Tak heran jika ada kebijakan di internal mereka, untuk tidak diperbolehkan menjadi pengurus partai.

Sebagian dari mereka kadang muak dengan poltik yang ada saat ini, dan terkadang memilih untuk berlibur saat pemilu dilaksanakan. Namun dengan adanya Partai Buruh yang memiliki ideologi dan perjuangan yang sama, dengan perjuangan organisasi buruh yang mereka ikuti, di perusahaannya membuat Pemilu tahun 2024 adalah Pemilu yang berbeda.

Mereka sadar bahwa mereka adalah bagian dari kelas pekerja. Disaat politik bangsa ini sekarang yang sudah cenderung memihak kepada kaum kapitalis, maka harus dibuat seimbang dengan hadirnya partai kelas pekerja. Karena Partai Buruh adalah partai rakyat sejati yang setiap harinya bekerja, berkaca dengan organisasi buruh mereka masing masing, tidak harus menunggu pemilu datang baru hadir di masyarakat. 

Ditulis oleh : 
PRANA RIFSANA
Ketua Partai Buruh EXCO Kota Bandung
Pendiri Serikat Pekerja Bank Permata, Pendiri IBU & JARKOM SP Perbankan.