Partai Buruh Sebagai Alat Politik Kelas Pekerja

07/05/2023 13:45 WIB

post-img

"Serikat Buruh bukan Partai Buruh." Pernyataan ini valid. Tidak salah. Serikat Buruh memang bukan Partai Buruh. Pun kehadiran Partai Buruh bukan untuk menggantikan keberadaan Serikat buruh. Justru sebaliknya, Partai Buruh menjadi alat politik untuk melengkapi perjuangan.

Buruh merupakan tulang punggung di dalam pembangunan. Tanpa buruh, dunia tidak seperti yang kita lihat sekarang.

Ini tidak bisa dipungkiri. Sesuatu yang semakin menegaskan betapa pentingnya keberadaan Partai Buruh.

Buruh lah yang bekerja dan berjuang setiap hari untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka berserta keluarganya. Sesuatu yang wajar jika kemudian kaum buruh berharap mendapatkan kepastian kerja, kepastian upah, dan kepastian pendapatan.

Di sanalah serikat buruh hadir. Sebagai alat untuk membela, melindungi, dan memperjuangkan hak dan kepentingan kaum buruh.

Namun demikian, sebagai alat perjuangan, serikat buruh memiliki keterbatasan; khususnya dalam perjuangan di ranah politik. Padahal kita tahu, setiap aspek kehidupan kita tidak lepas dari kebijakan politik. Sesuatu yang tidak bisa sepenuhnya dilakukan oleh serikat buruh.

Itulah sebabnya, selain Serikat Buruh, kita juga memerlukan keberadaan Partai Buruh. Melalui Partai Buruh, kelas pekerja memiliki senjata yang lebih lengkap dan mumpuni dalam berjuang untuk merebut kembali haknya yang dirampas dan dicuri.

Setidaknya suara kaum buruh tidak lagi absen di ruang-ruang pengambilan keputusan. Tidak ada lagi regulasi yang mengebiri hak buruh dan rakyat kecil lolos dengan mudah. Ini sangat memungkinkan, ketika Partai Buruh memiliki keterwakilan di parlemen. Buruh dapat memberikan suara dalam pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan kepentingan buruh.

Selama ini kita mengeluhkan bagaimana sulitnya berjuang tanpa adanya partai berbasis kelas. Tidak ada satu partai politik pun yang merepresentasikan kepentingan kaum buruh.

Dampaknya sangat buruk. Banyak kebijakan yang lahir, cenderung merugikan kaum buruh dan elemen kelar pekerja yang lain.

Tetapi kita sadar, sekedar mengeluh tidak akan menyelesaikan persoalan. Itulah sebabnya, kehadiran Partai Buruh harus dibaca sebagai ikhtiar sungguh-sungguh dari kelas pekerja untuk mengakhiri absennya kelas pekerja di panggung politik. Partai Buruh hadir sebagai alat politik kelas pekerja.

Dari sanalah kita optimis akan lahir kebijakan yang lebih pro-buruh.

Kahar S. Cahyono, Ketua Bidang Infokom dan Propaganda Partai Buruh